Saturday 27 November 2010

Iseng-iseng: Cerita Masa SMK


Perkenalkan, namaku Andi dan umurku sekarang ini kurang lebih 19 tahun. Awal aku menuliskan cerita ini karena aku teringat saat-saat peristiwa itu terjadi. Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 1 SMK tepatnya. Seperti biasanya aku bubar dari sekolah sekitar jam 17.00 dan di saat itu aku pulang menggunakan alat transportasi umum, hal ini dikarenakan pada saat itu keluargaku tidak memiliki kendaraan (motor), otomatis aku harus menggunakan alat transportasi umum. Setelah sekitar 30 menit berdesak-desakan dan seragam sekolahku hampir basah terguyur keringat karena terhimpit saat aku di dalam bis, akhirnya aku tiba di stasiun Cilebut sekitar pukul 17.30.


Seperti biasanya, sesampainya aku di stasiun sudah ramai oleh anak berseragam sekolah. Namun pada petang itu ada sedikit perbedaan dibandingkan dengan hari biasanya, yaitu karena ada sekumpulan anak sekolah yang mengenakan seragam khas anak gaul zaman sekarang dan memang sekolahannya sudah terkenal akan kasus tawurannya se-Bogor. Diantara anak sekolah yang saling berkelompok-kelompok itu, mungkin hanya akulah yang sendirian, hal itu dikarenakan yang sekolah di sekolahanku itu mayoritas warga sekitar sekolah dan mungkin hanya akulah yang berasal dari daerah Citayam. Jujur saja, setiap aku melewati sekumpulan anak sekolah itu aku tidak pernah merasa aman. Mengapa? Perasaan itu muncul karena aku tidak handal dalam ilmu berkelahi. Seperti biasanya, kereta kelas ekonomi lagi-lagi mengalami keterlambatan. Dikabarkan kereta terlambat tiba di stasiun Cilebut dikarenakan ada gangguan di stasiun Bogor, entahlah gangguan apa itu yang jelas perasaanku pun mulai tidak enak dan aku takut jika hal yang aku takutkan itu benar-benar terjadi.


Hampir 30 menit aku menunggu, akhirnya kereta yang ditunggu-tunggu datang juga. Kereta pada petang itu lebih penuh penumpangnya dibandingkan dengan hari sebelumnya. Dengan tubuh miniku ini aku berusaha memaksakan diri untuk masuk ke kereta yang penuh itu dan akhirnya aku bias masuk juga. Di tengah perjalanan antara stasiun Cilebut—Stasiun Bojong Gede, aku melihat beberapa anak sekolah yang tadi aku lihat dalam kelompok  anak sekolah di stasiun sedang mondar-mandir menyusuri gerbong-gerbong kereta, entah apa tujuan meraka. Sesampainya di stasiun Bojong Gede, banyak penumpang yang turun dan kini kereta pun agak lengang. Di tengah perjalanan antara stasiun Bojong Gede—Stasiun Citayam, kembali aku melihat anak sekolah yang tadi lagi, namun kini lebih banyak. Namun kali ini beberapa anak sekolah tersebut berdiri disampingku, entah karena apa tubuhku pun langsung berkeringat dingin. Apalagi ketika mereka bertanya-tanya tentang asal sekolahanku. Aku menjawab seadanya dan sejujur-jujurnya, beberapa diantara mereka ada yang tidak percaya dengan jawabanku. Hingga mereka meminta aku untuk menunjukkan kartu pelajarku. Setelah mereka melihat kartu pelajarku, akhirnya mereka percaya juga jika aku bukanlah siswa dari sekolah yang mereka cari. Namun belum selesai ketakutanku sampai disitu saja, ada 3 orang diantara mereka yang meminta uang kepadaku dan mereka mengancam diriku dengan mengatakan, “Bos, minta tambahannya dong! Kalo lu ga kasih, bakal gue lemparin keluar kereta nih.”. Otomatis, aku memberikan mereka uang karena aku tidak ingin bermasalah dengan orang-orang seperti mereka itu dan juga aku tidak mau hidupku berakhir saat itu. Anehnya lagi, tidak ada seorang pun yang menolongku saat itu, semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Setelah mereka pergi, aku lebih agak ke tengah gerbong dan tidak lagi berdiri di dekat pintu kereta.

Ketika kereta tengah melaju dengan kecepatannya, tiba-tiba terdengar suara pekikan yang sangat menusuk telinga dan kereta pun terhenti mendadak. Rupanya suara pekikan keras itu berasal dari tuas rem mendadak yang ditarik. Dan berselang beberapa detik kemudian terdengar suara gemuruh dan teriakan dari luar kereta api yang sangat gelap, terdengar juga seperti suara pedang (samurai) yang diadukan. Benar saja, terjadi tawuran di luar dan dam kereta pada malam itu. Saat itu suasana begitu mencekam, aku hanya terdiam dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat itu, karena baru kali pertama berada dalam kondisi yang seperti itu. Dan tanpa aku sadari ternyata ada seorang anak sekolah perempuan yang berlindung dengan berjongkok persis di depanku, dia terlihat sangat ketakutan akan kejadian pada malam itu. Mungkin jika perempuan itu tahu kalau sebenarnya aku juga ketakutan pada saat itu, dia tidak akan berlindung pada diriku yang kecil ini dan aku berpura-pura berani dan kuat pada saat itu. Karena aku ingin terlihat gentleman pada saat itu, aku bilang kepada perempuan itu, “Udah lah… ga usah takut lagi. Berdiri!” Dan perempuan itu pun langsung saja beranjak dari posisi jongkoknya dan dia berterima kasih kepadaku, entah betapa senangnya aku saat itu. Ingin aku beranikan diri untuk memanfaatkan keadaan itu untuk berkenalan dengan perempuan itu, namun lagi-lagi sifatku yang pemalu manghalangiku niatku saat itu. Rupanya perempuan itu adalah perempuan yang biasa berpapasan denganku di stasiun Citayam ketika aku sedang menunggu menunggu kereta.

Sekitar 10 menit aku disajikan pertunjukkan perang secara live, hingga akhirnya ada seorang polisi yang memberanikan diri untuk menghentikan aksi para pelajar tersebut. Kereta pun dapat berjalan kembali. Tidak lama kemudian, salah seorang pelajar yang menarik tuas rem mendadak tadi ditangkap oleh para pedagang. Sepanjang perjalanan menuju stasiun  Citayam, pelajar tersebut menjadi bulan-bulanan penumpang yang merasa kesal akan tindakan pelajar tersebut. Sesampainya di stasiun Citayam, pelajar tersebut langsung dibawa ke kantor polisi.

Dan ketika aku dan perempuan tadi hendak turun dari kereta, aku sengaja menunggu di pintu kereta yang berbeda. Entah benar atau tidak, perempuan itu seperti mencari-cari diriku. Aku naik angkot lagi dari stasiun Citayam untuk menuju rumahku, karena rumahku lumayan jauh dari stasiun dan hari sudah malam, jika hari masih sore biasanya aku terkadang suka jalan kaki. Dan seperti sudah diatur ceritanya, aku kembali bertemu lagi dengan perempuan tadi di dalam angkot yang aku naiki dan kami hanya berbalas senyuman saja. Sesampainya aku di rumah, aku tersenyum-senyum sendiri dan aku sungguh merasa senang karena dapat melindungi seseorang di saat bahaya seperti tadi.

Ketika aku kelas 2 SMK, terkadang aku masih suka bertemu dengan wanita itu, namun tidak sesering ketika aku kelas 1, hal ini dikarenakan terkadang aku masuk sekolahnya pagi dan terkadang siang. Setelah aku kelas 3 SMK sampai sekarang aku tidak pernah melihatnya lagi. Jika mengingatnya aku suka senyum-senyum sendiri dan ingin rasanya mengulang peristiwa itu lagi dan lagi (*bukan berada di tengah-tengah tawurannya).

No comments:

Post a Comment

Harry Potter - Golden Snitch Angry Birds -  Red Bird